Tentang Kisah #WanitaTerhebat 2
Dari mama aku belajar untuk tidak hidup dalam rasa benci , ini hal yang paling aku syukuri sekali. Seperti yang aku bilang sebelumnya, mama dan papa cerai dan itu kesalahan papa walau sebenarnya bukan murni kesalahan papa, karena atas kesalahan itu, mama terus membuka maaf namun tentu sebagai keluarga, memilih untuk melindungi mama agar tak terus –terus berhadapan pada kesalahan yang berulang dan sama.
Aku binggung ketika kata “Broken Home” itu mulai tersemat didiriku padahal aku tak merasakan seperti yang pada umumnya dirasakan, aku tak mendengar suara bentakan, tak mendengar suara piring pecah, dan mama juga bilang bahwa dia tak pernah dikasarin secara fisik dan kata oleh papa.
Dan aku tumbuh hingga menjadi sekarang, dalan kasih sayang mama namun mama tak pernah membuatku membenci papa, mama bahkan menceritakan bagimana papa menyayangiku waktu kecil.
Mama bilang “ Dulu waktu kamu kecil, papa yang selalu memakaikan pampers”
Lalu aku bertanya “Kenapa ?”
Mama tersenyum seolah mengingat kejadian lama dan mama menjawab “ mama pernah memakaikan pamers kamu waktu itu, tepat didepan papa dan mama tentu mengangkat 2 kaki mu keatas untuk meletakan pampers pada posisi dihimpit oleh kamu disitu papa marah dan mengambil alih untuk memasangkan kamu pamers”
Tentu dengan cerita itu aku terasa hangat, dan aku akan bilang ke mama “ Terus, terus dong ma , apa kata papa?”
Papa bilang “ Ini anak aku ya, perlakuin baik-baik dong, sini deh aku aja mulai sekarang yang pakaikan dia pampers”
Walau rasanya pertemuan anak dan ayah ini singkat, namun mama sampai detik ini selalu menceritakan yang baik-baik tentang papa.
Tentang papa yang marah jika ada saudara yang mencubit pipi tembamku dan papa yang panik ketika tanganku terkena parang beracun dan harus di jahit. Dan aku tau bahwa papa akan siap siaga di garda terdepan jika ada yang menyakiti aku dan ketika aku terluka, iya itu dulu waktu aku masih kecil.
Dari sana aku tau, bahwa mama membuat papa selalu ada dalam hatiku, mama membuat aku untuk tak menumbuhkan benci pada siapapun, mama mengajarkan aku untuk tetap berjalan terus walau bagiamanapun badai membuatku terhempas jatuh.
Hingga saat ini, aku bersyukur tiap nafas yang diberikan Allah untuknya. Sekian kisah tentangnya, ini belum mewakili betapa hebatnya wanita baik yang ku panggil dengan sebutan, Mama.
Komentar
Posting Komentar